MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, Sampai sejauh ini Indonesia masih berupaya melakukan negosiasi tarif dengan AS. Setelah sempat ada kebijakan tarif resiprokal AS untuk Indonesia sebesar 32%, ditambah dengan tarif tambahan dan tarif universal.
Indonesia sejauh ini berpotensi mendapatkan kenaikan tarif impor diatas 50%. Penambahan tarif impor sebesar itu jelas menjadi ancaman bagi ekspor Sumut, ujarnya, Rabu (30/4) siang.
Dikatakanya, ancaman ini bukan hanya ancaman ekspor Sumut ke AS. Namun justru menjadi ancaman bagi kinerja ekspor Sumut secara keseluruhan. Karena pada dasarnya perang tarif yang terjadi saat ini akan menekan pertumbuhan ekonomi global, yang nantinya akan menekan konsumsi masyarakat di dunia. “Pastinya kian mengoreksi prosfek harga CPO kedepan.”jelas Gunawan
Harga CPO yang sempat berada di kisaran 4.220 ringgit per ton pada 8 april. Secara konsisten alami penurunan hingga menyentuh kisaran harga 3.945 ringgit per ton saat ini. Harga CPO turun lebih dari 6% sejak trump memberlakukan tarif resiprokal ke mitra dagangnya termasuk Indonesia. Tensi memburuknya perang dagang membuat harga sawit berada dalam tren penurunan.
“Jika melihat pergerakan harga minyak goreng curah di Sumut. Dalam sepekan terakhir harga minyak goreng curah turun rata-rata 100 rupiah per Kg mengacu kepada PIHPS. Sebagai perbandingan, pada tanggal 25 kemarin harga Migor curah rata-rata dijual 19.500 per Kg. Namun PIHPS saat ini mencatat harga jual rata-rata 19.350 per Kg.”tambahnya.
Sementara di kota Medan, lanjutnya di beberapa pasar tradisional pedagang menurunkan harga jual minyak goreng curah sebesar 500 per Kg. Dari kisaran 19 ribu per Kg menjadi 18.500 di level pedagang pengecer. Jika negosiasi dagang tidak memberikan perubahan besar pada tarif. Maka saya menilai prosfek harga CPO kedepan berpeluang memburuk, ungkapnya.
Gunawan menyebutkan, Penurunan volume ekspor CPO baik yang dikarenakan oleh kebijakan kenaikan tarif secara langsung, ataupun dampak tidak langsung berpeluang memicu terjadinya kenaikan supply. Harga CPO berpeluang tertekan, dan bisa memicu terjadinya penurunan harga minyak goreng di masa mendatang.Untuk itu harapan sepenuhnya ada pada upaya pemerintah dalam melakukan negosiasi.paparnya.
Jika berandai-andai AS tetap bersikeras memberlakukan tarif yang sama. Maka harga minyak goreng berpeluang turun. Dan penurunan harga minyak goreng eceran di pedagang belum merata.
Bisa dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah stok barang dengan harga lama. Dan sembari menunggu hasil negosiasi hingga juli mendatang, dan jika harga CPO bertahan di level saat ini. Maka harga minyak goreng masih berpeluang turun, tutup Gunawan.(abi)