TEL AVIV (HARIANSTAR.COM) – Gelombang unjuk rasa dan mogok nasional mengguncang Israel pada Ahad (17/8/2025), menyerukan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza dan para sandera dibebaskan.
Akibatnya polisi Israel menangkap sedikitnya 22 demonstran dalam aksi yang meluas ke berbagai kota.
Di Tel Aviv, ribuan orang memblokade sejumlah ruas jalan, termasuk jalan raya utama yang menghubungkan kota itu dengan Yerusalem. Aktivis bahkan membakar ban dan menimbulkan kemacetan panjang.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, kelompok utama yang mewakili keluarga korban penculikan, menyerukan mogok nasional dengan tuntutan tunggal.
“Kembalikan 50 sandera, akhiri perang,” tuntut mereka dikutip dari laman gazamedia, Senin (18/9/2025).
Menurut data militer Israel, dari 49 orang yang masih ditahan di Gaza, 27 di antaranya dipastikan telah meninggal dunia. Wajah para sandera itu terpampang di sebuah spanduk besar yang dibentangkan di “Alun-alun Sandera” Tel Aviv, titik kumpul utama para demonstran.
Aksi protes juga berlangsung di Kibbutz Beeri, dekat perbatasan Gaza.
Kawasan ini menjadi salah satu lokasi serangan Hamas pada Oktober 2023, yang berujung pada penculikan ratusan warga Israel.
Gelombang demonstrasi itu muncul hanya beberapa hari setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk sepenuhnya menduduki Kota Gaza. Namun, pemerintah Israel justru mengecam aksi-aksi tersebut.
Menteri Keuangan yang berhaluan sayap kanan, Bezalel Smotrich, menuding tekanan publik untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata sama saja dengan “mengubur sandera di dalam terowongan”.
Selain itu juga seperti “mendorong Israel menyerah kepada musuh dan mempertaruhkan masa depan serta keamanannya”.
Menteri Kebudayaan Miki Zohar menyebut blokade jalan dan aksi langsung lain yang dilakukan warga sebagai “hadiah bagi musuh”.
Sementara itu, militer Israel terus menggempur Jalur Gaza. Dalam serangan udara dan tembakan terbaru, sedikitnya tujuh warga Palestina tewas dalam beberapa jam terakhir.
Empat warga sipil gugur ketika sebuah tenda pengungsian di Khan Younis, Gaza bagian selatan, terkena serangan udara Israel. Di Rafah, tiga warga lainnya tewas ditembak saat menunggu bantuan.
Sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, angka korban di Gaza terus melonjak.
Data otoritas kesehatan Palestina menyebut, hingga kini sedikitnya 61.897 orang tewas—sebagian besar perempuan dan anak-anak—dan 155.660 orang terluka akibat agresi militer Israel. (YS)