JAKARTA (HARIANSTAR.COM)– Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023 mencatat tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan universitas sebesar 5,18%.
Di lain sisi lebih dari 50% lulusan juga bekerja di luar bidang studinya, menandakan adanya mismatch kompetensi.
Sementara itu, dunia industri justru menghadapi kekurangan tenaga kerja di bidang strategis seperti digitalisasi, sustainability, rantai pasok, dan teknologi baru.
Kesenjangan ini mendorong Universitas Pertamina (UPER) menggelar Industrial Gathering bertema “Empowering Future Talent: Academia–Industry Collaboration in the Era of Disruption” di Auditorium UPER, Jumat (26/9/2025).
Acara ini dihadiri oleh Dr. Rosaria Mita Amalia (Presiden Indonesia Career Center Network/ICCN), Rinny Syafriadi (Koordinator Bidang Pembinaan Instruktur Swasta, Kemnaker), dan Abimanyu Suryadi (Manager HC Services PT Pertamina Hulu Energi), serta dipandu oleh Sari Widyanti, M.En., Dosen Teknik Geofisika UPER.
Dr. Rosaria Mita Amalia menekankan bahwa pentingnya penguatan soft skills dan employability skills agar lulusan lebih siap memasuki dunia kerja.
“Kurikulum di pendidikan tinggi harus berorientasi proyek untuk menguatkan keterampilan mahasiswa dalam persiapan berkarir. Serta pusat karir perlu aktif menjembatani mahasiswa dengan industri, dan tracer study harus dijadikan dasar perbaikan berkelanjutan. Mahasiswa tidak cukup hanya mengejar gelar, tetapi juga pengalaman praktis dan karier yang bermakna,” ujarnya.
Menambahkan perspektif dari sisi pemerintah, Rinny Syafriadi, Koordinator Bidang Pembinaan Instruktur Swasta Kementerian Ketenagakerjaan, menekankan pentingnya keterpaduan antara dunia pendidikan dan industri dalam menyiapkan SDM unggul.
“Kemnaker mendorong peningkatan kualitas SDM melalui 21 Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai pusat pelatihan, serta merancang Peraturan Menteri tentang pemagangan mahasiswa. Namun hal tersebut juga harus didukung dengan kolaborasi dengan perguruan tinggi seperti UPER penting untuk memastikan keterampilan yang diajarkan sesuai dengan standar industri sehingga lulusan siap kerja dan mampu bersaing,” kata Rinny.
“Kandidat harus memahami etika kerja, kompetensi teknis, dan mampu beradaptasi dengan cepat. Inilah yang membedakan kandidat siap kerja dengan sekadar pencari kerja. Pertamina juga secara rutin membuka kesempatan bagi lulusan baru melalui Bimbingan Profesi Sarjana (BPS), magang kerja praktik, hingga rekrutmen bersama,” tegasnya.
Abimanyu menambahkan, sejumlah lulusan Universitas Pertamina menjadi contoh bagaimana peningkatan kompetensi dan pengalaman praktis dapat membuka peluang lebih besar untuk diterima di industri. Melalui pembekalan proyek bersama praktisi, riset kolaboratif, dan program magang terintegrasi, mahasiswa UPER dipersiapkan untuk memahami kebutuhan dunia kerja sejak dini.
Hasilnya, lebih dari 371 alumni Universitas Pertamina kini berkarier di Pertamina Group, termasuk melalui jalur Bimbingan Profesi Sarjana (BPS) dan program pengembangan profesional muda lainnya.
Universitas Pertamina melalui Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni, menghadirkan pusat karir yang menyediakan pelatihan, bimbingan karir, tracer study, serta menjembatani mahasiswa dan alumni dengan dunia kerja melalui campus recruitment, job fair (Industrial Career Expo–UPER), dan kemitraan dengan berbagai perusahaan.
Rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., IPU, menegaskan bahwa inisiatif tersebut menjadi bagian dari komitmen UPER menyiapkan lulusan berdaya saing global.
“UPER menyiapkan lulusan dengan keterampilan praktik dan kemampuan berpikir kritis. Puluhan mahasiswa mengikuti magang dan riset di berbagai fungsi strategis seperti Human Capital dan Upstream Innovation. Serapan lulusan yang terus meningkat menunjukkan kesiapan UPER dalam mencetak talenta sesuai kebutuhan industri energi,” ujar Prof. Wawan.