MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Tradisi Sholat Ied Adha di Masjid Raya Al Mashun, Medan, kembali dirayakan dengan khidmat pada tanggal 10 Dzulhijjah 1445 H.
Sultan Deli XIV, Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam, hadir dan melaksanakan Sholat Ied Adha bersama ribuan jamaah di masjid bersejarah tersebut, Senin (17/6/2024).
Kehadiran Sultan Deli dalam perayaan ini, menguatkan hubungan historis antara Kesultanan Deli dengan masyarakat Medan. Sekaligus menunjukkan kepedulian beliau terhadap tradisi keagamaan dan budaya yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Sultan Deli XIV saat ini adalah Yang Mulia Seri Paduka Sultan Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam Shah. Beliau naik tahta pada tanggal 23 Juli 2005 di usia 8 tahun, menjadikannya Sultan Deli termuda dalam sejarah. Beliau menggantikan ayahnya yang meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat.
Sultan Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam Shah adalah sosok yang dihormati dan dicintai oleh rakyatnya. Beliau merupakan simbol penting Kesultanan Deli dan budaya Melayu Deli.
Masjid Raya Al Mashun, yang telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kesultanan Deli, penuh dengan suasana khusyuk dan semarak sejak pagi hari. Ribuan jamaah dari berbagai penjuru Kota Medan berbondong-bondong datang untuk melaksanakan Sholat Ied Adha dan menyambut kedatangan Sultan Deli.
Sultan Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam tiba di masjid dengan diiringi oleh para pemuka adat dan kerabat Kesultanan Deli, disambut hangat oleh para jamaah yang sudah menanti.
Sholat Ied Adha di Masjid Raya Al Mashun bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga menjadi warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Medan. Dari generasi ke generasi, tradisi ini terus dilestarikan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan penghormatan terhadap leluhur yang telah mewariskan nilai-nilai luhur.
Kehadiran Sultan Deli dalam Sholat Ied Adha di Masjid Raya Al Mashun tahun 1445 H/2024 M menunjukkan, bahwa tradisi ini masih lestari dan dijaga oleh Kesultanan Deli. Tradisi ini tidak hanya memperkuat hubungan antara Kesultanan Deli dengan masyarakat Medan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, warisan yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur ini dapat terus diturunkan kepada generasi berikutnya. (RZ)