MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Walaupun sebelumnya, puluhan mahasiswa dan keluarga korban dugaan pemerkosaan SH (23) menggeruduk Polrestabes Medan meminta kasus tersebut segera diungkap.
Namun hingga kini belum juga terungkap.
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengaku, pihaknya mendapat beberapa kesulitan untuk mengungkap kasus tersebut. Pihaknya mengalami kendala mengindentifikasi peristiwa yang dialami SH.
“Inikan kasus yang human interestnya tinggi. Kasus perempuan dan anak, kemudian keterbelakangan fisik maupun mental. Itu langkah pertama adalah treatment terhadap kondisi fisik dan psikis korban,” katanya, Rabu (18/12/2024).
“Yang kita alami dalam kasus ini, itu memang ada kendala disitu. Informasi -informasi untuk mengungkap siapa pelaku, bagaimana peristiwa terjadi itu masih ada kendala,” lanjutnya.
Menurut Gidion, pihaknya tidak bisa memaksakan SH untuk memberikan keterangan secara detail perihal peristiwa yang dialaminya. Hal itu dikatakan dapat membuka kembali memory buruk SH.
“Malah kita menjadi salah. Ketika kita menanyakan kepada orang yang mengalami kendala seperti itu, alih-alih kita melakukan upaya, justru kita kemudian mengulik lagi memory buruknya, inikan harus pelan-pelan,” ujarnya.
Perihal tukang becak yang diminta untuk segera dipanggil, Gidion mengatakan hal serupa. Hal itu merupakan bagian dari penyelidikan yang sedang didalami pihaknya.
“Itu bagian dari penyelidikan. Pertanyaannya siapa. Nah yang bersangkutan juga tidak tau itu siapa,” jelasnya.
Mengenai cctv, Gidion menerangkan, peristiwa yang dialami SH diduga tidak berada di lokasi yang banyak terpasang kamera CCTV. Meski begitu, pihaknya tetap membuka diri untuk menerima informasi perihal kasus tersebut.
“Kalau ada informasi justru itu menjadi kekayaan buat kita untuk melakukan pengungkapan. Kalau ada yang datang ramai-ramai, pak saya bawa cctv. Wah itu saya senang sekali. Kalau ada yang bilang kenapa tidak ditangkap, kita tangkap. Ayo tunjukan ke saya siapa yang harus kita tangkap,” katanya.
Hingga saat ini, lanjut Gidion lagi, hasil visum terhadap SH telah diterima pihaknya. Dari hasil itu, diketahui bahwa terdapat sperma yang cukup banyak di kemaluan gadis yang sehari-hari bekerja sebagai pengumpul barang bekas itu.
“Hasil visum sudah kita terima. Ditemukan beberapa sperma dalam bentuk volume yang cukup banyak,” ujarnya.
Sebelumnya, gadis keterbelakangan mental berinisial SH diduga menjadi korban rudapaksa oleh orang yang tidak dikenal. Gadis 23 tahun itu diketahui tidak kembali pulang ke rumahnya selama dua hari.
Puluhan mahasiswa beserta keluarga korban pun melakukan unjuk rasa di depan Polrestabes Medan, Senin (16/12/24) lalu. Mereka datang mengungkapkan kekecewaan atas lambatnya penanganan kasus yang menimpa SH. (Red)