TEHERAN (HARIANSTAR.COM) – Rakyat Palestina di Gaza sedang menghadapi tahap paling sulit dari proses kelaparan massal, anak-anak gugur setiap hari karena kelaparan.
Israel telah merekayasa isu bantuan kemanusiaan menjadi perangkap untuk pembantaian dan genosida.
Pimpinan gerakan Ansarullah Yaman, Abdul Malik al-Houthi mengecam keras pemerintah Arab dan Muslim atas kebisuan mereka saat Israel melancarkan genosida yang didorong oleh kelaparan terhadap warga Palestina di Gaza, menyebut kelambanan mereka sebagai aib bagi dunia Muslim.
Ia mengecam kelaparan massal di Gaza akibat blokade Israel, sebagai “tragedi yang mengerikan” dan “tahap terburuk dari kelaparan,” dengan anak-anak meninggal setiap hari.
Berbicara pada hari Minggu, ia berkata, “Banyak orang di Gaza menderita kelaparan ekstrem sementara dikelilingi oleh ratusan juta orang Arab dan dua miliar Muslim yang menyaksikan tanpa daya, seolah-olah mereka adalah bangsa yang lumpuh.”
Al-Houthi mengecam “tidak adanya kehormatan dan hati nurani” di antara para pemimpin Arab dan Muslim, sebagai “aib yang memalukan.”
Ia menyalahkan diamnya negara-negara Muslim karena mendorong Israel meningkatkan serangannya, dan mengatakan bahwa ketidakpedulian mereka hanya membuat rezim tersebut semakin berani.
Kelompok hak asasi manusia telah menggambarkan penggunaan kelaparan oleh Israel sebagai “senjata perang” dalam kampanye militernya melawan Gaza sejak Oktober 2023.
Al-Houthi merujuk pada blokade total bantuan kemanusiaan dan pendirian titik-titik distribusi, tempat warga Palestina yang putus asa sering ditembak mati.
“Pos-pos ini adalah jebakan maut — bukan pusat bantuan,” ujarnya dikutip dari Tasnim.
Ia juga mengecam Amerika Serikat karena terlibat, dengan mengutip dukungan militer, politik, dan intelijen Washington terhadap serangan Israel.
“Rakyat Palestina adalah bagian dari kita, dan penderitaan mereka adalah penderitaan seluruh umat,” ujarnya.
“Ancaman AS-Israel merupakan bahaya bagi semua.”
Al-Houthi membandingkan kepasifan pihak lain dengan tindakan Yaman, menyoroti kampanye militer negaranya yang menargetkan kapal dan infrastruktur yang terkait dengan Israel.
“Posisi kami dalam mendukung rakyat Palestina dan melawan tirani Amerika dan Israel tetap tidak berubah,” ujarnya.
Ia mengatakan, perlawanan Yaman tetap berlanjut meskipun menghadapi serangan militer gabungan oleh AS, Israel, dan Inggris dan memperingatkan perang ekonomi yang sedang berlangsung dengan tujuan memaksa Sana’a mundur.
“Kami yakin akan kemenangan,” kata pejabat tersebut, yang juga bersumpah akan tekad Sana’a untuk bertahan dari blokade dan perang ekonomi yang secara bersamaan diberlakukan untuk konon membuatnya menghentikan serangan.
Di bagian lain pernyataannya, pemimpin Yaman menyatakan bahwa perlawanan negaranya tidak terbatas di medan perang.
Ia mengungkap front paralel, yaitu perang psikologis dan propaganda, yang dirancang untuk mendistorsi prioritas Sana’a dan mengacaukan moralnya.