MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Pengamat Ekonomi Sumut,Gunawan Benjamin mengatakan, harga beras yang mengalami kenaikan 500 rupiah pada pekan ketiga Januari kemarin, sampai saat ini belum mengalami penurunan.
“Dari pantauan harga gabah di petani langkat dan Deli Serdang, harga gabah sudah mengalami penurunan dari level 7.000-an per Kg menjadi 6.300 per Kg untuk gabah kering panen. Penurunan ini bisa menjadi pemicu kemungkinan terjadinya penurunan pada harga beras,” ungkapnya di Medan, Selasa (13/2/2024)siang
Gunawan menambahkan, sejauh ini memang belum terlihat, dan biasanya selalu ada jeda waktu antara kenaikan harga gabah di tingkat petani dengan harga di level konsumen.
Namun jika harga gabah mampu bertahan di level tersebut, maka harga beras berpeluang besar untuk turun nantinya. Harga keekonomian beras saat ini di level penggilingan berada dikisaran 13.470 per Kg, dengan rasio gabah ke beras sebesar 55%,ucapnya.
Katanya,ada peluang harga beras untuk digiring turun ke level 14 ribuan per Kg. Sementara itu, harga beras medium dan premium di level konsumen berada dalam rentang 14 ribu hingga 15 ribu per Kg di kota medan mengacu kepada PIHPS (pusat informasi harga pangan strategis).
“Potensi penurunan juga berpeluang terjadi jika Bulog nantinya kembali menggelontorkan beras untuk Bansos setelah Piplres dimulai pekan ini,” jelas Gunawan.
Gunawan menyebutkan, ada harapan harga beras bisa digiring kebawah dalam waktu dekat. Namun satu hal yang menjadi kekuatiran saya saat ini, dari hasil observasi terjadi penurunan produksi gabah petani di wilayah Sumut.
Lahan sawah tadah hujan belakangan mengalami kekeringan diwilayah Sumut, memicu terjadinya penurunan produksi 10% hingga 20% (skenario terburuk),imbuhnya.
Jika tanpa diimbangi dengan pasokan yang memadai dari luar wilayah Sumut seperti Aceh, Jawa maupun Sulawesi. Maka Bulog akan jadi benteng terakhir dalam meredam potensi terjadinya gejolak harga.
Sejauh ini wilayah pulau jawa sedang mengalami kenaikan harga beras, dan minimnya pasokan beras premium di pasar. Sumut sejauh ini harga berasnya belum seburuk wilayah jawa.
“Akan tetapi jika skenario terburuk terjadi seiring dengan memburuknya cuaca di Sumut. Maka Sumut harus menambal defisit beras, yang artinya data defisitberas yang dirilis BPS berpotensi membengkak. Dan jika Bulog menggelontorkan sekitar 20 ribu Ton beras setiap bulan. Maka skenario terburuk bisa diatasi jika Bulog mampu mendistribusikan beras minimal dua kali lebih banyak dari biasanya.” pungkas Gunawan.(jae)