GUNUNGSITOLI (HARIANSTAR.COM) –Sekretaris Forum Aliansi Rakyat Peduli Kepulauan Nias (FARPKeN), Helpin Zebua, mendesak Dinas Perdagangan Kota Gunungsitoli dan Polres Nias untuk segera mengusut Toko Mas Budaya III yang diduga menjual emas palsu kepada masyarakat.
“Kami dari FARPKeN mendesak Dinas Perdagangan dan Polres Nias agar segera mengungkap pemilik Toko Mas Budaya III yang diduga menjual emas palsu tersebut,” ujar Helpin kepada sejumlah wartawan, Sabtu (21/06/2025) di Kota Gunungsitoli.
Menurut Helpin, emas yang dijual toko tersebut memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda dari standar. Ia menyebutkan, meskipun toko itu telah beroperasi puluhan tahun, namun emas yang dijual tidak sesuai dengan kadar dan berat yang tertera pada surat pembelian. Hal ini terbukti saat dilakukan penimbangan ulang di Pegadaian maupun di toko emas lainnya oleh para pembeli.
“Dari hasil investigasi tim FARPKeN di lapangan, diketahui bahwa korbannya bukan hanya satu orang. Kami telah menerima laporan dari beberapa korban lain yang mengalami hal serupa,” tegas Helpin.
Salah satu korban berinisial SH yang membeli dua buah cincin emas dari Toko Mas Budaya III telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib. Laporan telah tercatat dalam Laporan Polisi Nomor: LP/B/390/VI/2025/SPKT/Polres Nias/Polda Sumatera Utara tertanggal 18 Juni 2025.
FARPKeN juga mendorong Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Polres Nias agar tidak hanya menangani kasus ini secara administratif, tetapi juga memproses secara hukum pelaku usaha toko emas yang menjual emas di bawah kadar atau kualitas yang dijanjikan.
“Apa yang dilakukan pemilik Toko Mas Budaya III merupakan tindakan melawan hukum. Pemalsuan emas di Indonesia bisa melanggar berbagai undang-undang, termasuk UU No. 20 Tahun 2016 tentang Metrologi Legal dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, khususnya Pasal 68 jo. Pasal 8 Ayat (1), dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara dan denda hingga Rp2 miliar. Polisi harus segera menangkap pemilik Toko Emas Budaya III,” tegas Helpin lagi.
Ia menambahkan bahwa kasus ini harus ditindaklanjuti karena sangat merugikan masyarakat, terutama di wilayah Kepulauan Nias yang sebagian besar lebih memilih berinvestasi dalam bentuk emas ketimbang menabung di bank.
“Kalau kasus ini dibiarkan, bisa semakin banyak masyarakat yang menjadi korban penipuan,” ujar Helpin kesal.
Menanggapi hal tersebut, awak media menghubungi Dinas Perdagangan Kota Gunungsitoli melalui Kepala Bidang Perdagangan, Karnius Zalukhu, S.E. Dalam keterangan yang diberikan melalui pesan WhatsApp, Karnius menjelaskan bahwa tugas Dinas Perdagangan terkait pengawasan toko emas sebatas pada pelaksanaan tera ulang alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP), yang dilakukan sekali dalam setahun.
“Untuk tenaga ahli penera, kami pada tahun 2024 meminta bantuan dari Kabupaten Tapanuli Tengah. Tera ulang dilaksanakan pada bulan November 2024, termasuk terhadap Toko Mas Budaya, dan ditandai dengan pemberian stiker tera pada alat-alat yang digunakan. Namun, untuk penilaian kadar emas biasanya dilakukan oleh lembaga profesional bersertifikasi dan memiliki laboratorium,” jelas Karnius.
Sementara itu, awak media telah berupaya mengonfirmasi pemilik Toko Mas Budaya III yang beralamat di Jalan Sirao No. 28, Kelurahan Pasar Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli. Namun, pemilik toko berinisial Doli tidak merespons pesan maupun panggilan wartawan, dan bahkan memblokir nomor yang digunakan wartawan untuk konfirmasi.
Sikap ini semakin menambah kecurigaan masyarakat atas dugaan praktik penjualan emas palsu oleh toko tersebut. (SH)