MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menuturkan, laju pertumbuhan ekonomi Sumut di kuartal ketiga 2025 melambat menjadi 4.55% secara tahunan atau yoy. Dibandingkan dengan kuartal kedua yang mampu tumbuh 4.69% secara tahunan. Sektor usaha konstruksi yang nyaris tidak mengalami pertumbuhan selama dua kuartal terakhir, menunjukan bahwa lemahanya belanja pemerintah yang tercermin dari efisiensi anggaran, katanya di Medan, Rabu (05/11) siang.
Secara tahunan, lanjutnya sektor konstruksi hanya tumbuh 0.02% di kuartal kedua, dan tumbuh 0.01% di kuartal ketiga. Sementara industri pengolahan terlihat alami pemulihan di angka 4.11% pada kuartal ketiga, lebih dikarenakan oleh tingginya demand produk maupun produksi industri minyak kelapa sawit. Seiring dengan meningkatnya permintaan produk hilir sawit untuk kebutuhan ekspor, ujar Gunawan.
Jika kita tarik secara kumulatif 2025, sektor industri pengolahan terlihat jalan ditempat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif sektor pertanian, perdagangan besar dan eceran serta industri pengolahan yang mengalami kenaikan. Dan yang lebih miris adalah kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumut, tambahnya.
Gunawan menyebutkan, belanja rumah tangga alami kontraksi (negatif) sebesar 0.26% secara kuartalan, alami perlambatan menjadi 4.69% secara tahunan, dan menunjunkan adanya perlambatan serius menjadi 4.69% secara kumulatif. Padahal konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi 50.59% terhadap pembentukan PDRB di Sumut. Melemahnya belanja masyarakat menunjukan bahwa adanya penurunan pada belanja masyarakat, yang mengindikasikan melemahnya daya beli, ucapnya.
Ini berarti pemerintah pusat dan daerah akan mengambil jalan dengan menggelontorkan bantuan sosial agar belanja masyarakat pulih. Jadi skema kebijakan kedepan memungkinkan langkah pemerintah untuk mengintervensi secara instan pengeluaran masyarkat.
Sedang berjalan saat ini adalah intervensi dengan menggelontorkan bantuan beras beserta minyak goreng serta bantuan uang tunai yang sempat diberikan sebelumnya. Beserta kemungkinan distirbusi bantuan uang tunai di masa depan.
“Pemerintah masih akan terjebak dalam skema kebijakan jangka pendek, serta masih belum menyentuh solusi jangka panjang untuk masalah pemulihan daya beli masyarakat. Karena jika mengacu ke sektor usaha yang ada di Sumut, di kuartal keempat nanti sejumlah sektor usaha diproyeksikan menghasilkan kinerja yang mendatar atau bisa dikatakan stabil dan tidak jauh berbeda dengan realisasi di kuartal ketiga 2025,”tutup Gunawan. (Abi)




























