MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Laju tekanan inflasi di Sumut berpeluang naik tinggi di bulan September ini. Beberapa potensi pemicu kenaikan harga datang dari sejumlah komoditas. Cabai yang paling dominan dalam mendorong kenaikan laju tekanan inflasi. Bahkan cabai merah tercatat alami kenaikan sekitar 116% di bulan ini. Disusul dengan cabai rawit sekitar 11%, cabai hijau naik sekitar 43%.
“Selanjutnya disusul dengan kenaikan harga daging ayam sekitar 5%, harga emas juga terpantau alami kenaikan yang cukup signifikan diatas 5%. Harga beras disisi lain cukup meragukan apakah akan menyumbang deflasi dibulan ini atau tidak. Saya menilai ada harga beras bergerak ambigu yang bisa ditafsirkan berbeda karena sampelnya terlalu banyak ragam,”jelas Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Senin (29/9).
Namun,lanjutnya saya berasumsi bahwa data BPS akan mencatat terjadi penurunan harga beras (deflasi) di bulan September. Di beberapa wilayah saya menemukan terjadi penurunan harga beras, meskipun di wilayah atau pasar lainnya saya tidak menemukan penurunan harga sama sekali. Namun kecil sekali beras akan menyumbang inflasi dibulan September ini, ucapnya.
Selain beras yang diasumsikan mengalami penurunan harga, harga bawang merah dan bawang putih mengalami penurunan pada hari ini. Harga bawang merah anjlok sekitar 25% di bulan September, dan terjadi penurunan sekitar 5% secara bulanan. Dua komoditas tersebut dipastikan akan memberikan kontribusi deflasi, ujar Gunawan.
Gunawan menambahkan, memproyeksikan Sumut akan mengalami inflasi cukup signifikan minimal 0.63% di bulan September ini.
“Kenaikan laju tekanan inflasi ini akan membebani kinerja pemerintah karena terkesan gagal dalam mengendalikan harga setelah kenaikan inflasi di atas 1% pada bulan agustus kemarin. Lompatan inflasi di bulan September ini lebih dikarena faktor dari cuaca yang mendorong terjadi penurunan produktifitas pada tanaman cabai, “ungkapnya.
Sementara,untuk kenaikan harga emas ini lebih dikarenakan faktor demand global yang dipengaruhi oleh kondisi geopolitik di negara lain ditambah tren penurunan suku bunga acuan global yang dimotori oleh Bank Sentral AS atau The Fed. Dan saya berkesimpulan inflasi yang tinggi saat ini sangat merugikan konsumen karena potensial menggerus daya beli masyarakat Sumut, tambahnya.
Disebutkan Gunawan, pada dasarnya Sumut tidak kekurangan pasokan cabai, dimana gangguan panen di bulan September ini sebenarnya masih mampu memenuhi kebutuhan cabai masyarakat Sumut.
Namun karena neraca cabai di Sumut juga dipengaruhi oleh demand atau permintaan di luar Sumut seperti Riau, Kepulauan Riau, Sumbar hingga Jambi. Akhirnya memaksa harga cabai naik tinggi dan bergerak sangat liar, tutupnya. (Abi)