MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Ketika pemerintah menetapkan imunisasi sebagai salah satu program prioritas kesehatan nasional, sebagian masyarakat masih memandangnya sebagai urusan teknis puskesmas atau sekadar rutinitas posyandu.
Padahal, imunisasi bukan sekadar upaya mencegah penyakit — tetapi merupakan “investasi jangka panjang bagi kesehatan dan masa depan generasi Indonesia” termasuk anak-anak di Kota Medan.
Kota Medan, sebagai kota metropolitan dengan mobilitas tinggi dan kepadatan penduduk yang besar, memiliki tantangan tersendiri dalam memastikan seluruh anak mendapatkan imunisasi lengkap.
Dalam konteks pembangunan manusia, imunisasi bukan hanya tindakan medis, melainkan bentuk perlindungan sosial dan ekonomi yang berdampak luas.
Imunisasi: Benteng Pertama Masa Depan Anak

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menyebut cakupan imunisasi rutin lengkap pada tahun 2023 telah mencapai sekitar 94 persen, namun masih terdapat jutaan anak yang belum terlindungi vaksin dasar.
Kondisi ini menggambarkan bahwa perjuangan belum selesai, terutama di daerah perkotaan seperti Medan.
Imunisasi adalah bentuk investasi kesehatan yang paling efisien. Setiap satu dolar yang diinvestasikan untuk imunisasi dapat menghemat hingga 16 dolar biaya pengobatan dan produktivitas yang hilang akibat penyakit menular.
Artinya, imunisasi tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memperkuat perekonomian keluarga dan negara.
Anak yang sehat dapat tumbuh optimal, belajar lebih baik, dan berkontribusi lebih besar bagi masyarakat di masa depan.
Sebaliknya, anak yang tidak diimunisasi berisiko tinggi mengalami penyakit berat, kecacatan, bahkan kematian yang pada akhirnya akan menjadi beban sosial dan ekonomi bagi keluarga dan pemerintah daerah.
Tantangan Kota Medan: Antara Akses dan Kesadaran
Sebagai kota besar, Medan memiliki jaringan fasilitas kesehatan yang cukup luas, mulai dari rumah sakit, puskesmas, hingga posyandu.
Namun, tantangan utama bukan pada ketersediaan layanan, melainkan pada kesenjangan kesadaran dan akses.
Beberapa faktor yang masih sering ditemui di lapangan antara lain:
1. Kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya imunisasi lengkap. Masih ada stigma atau informasi keliru yang membuat sebagian orang tua ragu membawa anaknya ke fasilitas kesehatan.
2. Kesibukan masyarakat urban. Banyak keluarga muda di Medan bekerja penuh waktu sehingga sulit hadir di jadwal imunisasi posyandu.
3. Kendala administratif dan teknis. Ada kasus di mana data imunisasi anak tidak tercatat dengan baik karena berpindah domisili atau kurangnya pelaporan lintas wilayah.
4. Disinformasi di media sosial. Narasi anti-vaksin yang tersebar secara masif kadang memengaruhi masyarakat yang tidak memiliki literasi kesehatan yang kuat.
Kondisi ini menuntut pemerintah kota dan tenaga kesehatan untuk melakukan pendekatan yang lebih inovatif dan partisipatif, bukan hanya menunggu masyarakat datang, tetapi jemput bola ke lapangan.
Strategi dan Gagasan untuk Aksi Nyata

1. Digitalisasi data imunisasi anak. Pemerintah Kota Medan bisa memanfaatkan sistem pelaporan berbasis aplikasi agar status imunisasi anak terpantau, termasuk bagi keluarga yang sering berpindah tempat tinggal.
2. Kemitraan lintas sektor. Kolaborasi antara Dinas Kesehatan, sekolah, PAUD, organisasi keagamaan, dan media lokal dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Imunisasi harus dijadikan gerakan sosial, bukan sekadar kegiatan medis.
3. Inovasi “Imunisasi Jemput Bola”. Petugas kesehatan bersama kader posyandu dapat mendatangi komunitas padat penduduk atau kawasan industri tempat banyak keluarga muda bekerja.
4. Kampanye edukasi publik berbasis tokoh lokal. Di Medan, peran tokoh agama, pemimpin masyarakat, dan figur publik sangat kuat. Mereka bisa menjadi agen perubahan dalam meluruskan informasi keliru soal imunisasi.
5. Insentif bagi daerah dengan capaian tinggi.Pemerintah bisa memberikan penghargaan bagi kelurahan atau kecamatan dengan capaian imunisasi 100 persen untuk memicu semangat kompetitif yang sehat.
Refleksi: Menanam Hari Ini untuk Panen di Masa Depan
Seperti pepatah lama, “Menanam hari ini untuk menuai di masa depan.” Imunisasi adalah benih kesehatan yang ditanam di masa kecil anak-anak Medan hari ini, untuk dipanen kelak dalam bentuk generasi kuat, produktif, dan berdaya saing.
Keberhasilan imunisasi bukan hanya diukur dari angka capaian vaksinasi, tetapi juga dari ketahanan sosial dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan.
Saat semua pihak — pemerintah, tenaga medis, media, dan masyarakat — bergandengan tangan, maka Medan tidak hanya menjadi kota besar secara ekonomi, tetapi juga kota besar dalam kualitas sumber daya manusianya.
Momentum “Hari Kesehatan Nasional 2025” harus menjadi pengingat bahwa imunisasi bukan sekadar agenda tahunan, tetapi “investasi jangka panjang bagi masa depan anak-anak Medan”.
Setiap tetes vaksin yang disuntikkan hari ini adalah langkah kecil menuju generasi yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih kuat menghadapi masa depan.
Anak yang sehat hari ini adalah pemimpin yang tangguh esok hari. Maka, jangan tunda imunisasi karena masa depan Kota Medan bergantung pada anak-anak yang sehat dan terlindungi hari ini.
Penulis : Zulham Effendi



























