TEHERAN (HARIANSTAR.COM) – Tidak peduli dengan kecaman dari bernagai negara atas tindakan Israel terhadap Palestina di Gaza.
Pasukan Israel kembali menghentikan bantuan dengan mencegat dan membajak sebuah kapal kemanusiaan berbendera Inggris yang sedang menuju Jalur Gaza.
Hal itu semakin meningkatkan kemarahan global atas blokade Tel Aviv atas wilayah Palestina yang terkepung itu.
Media Israel melaporkan pada hari Sabtu bahwa pasukan angkatan laut menyita kapal Handala saat kapal tersebut berupaya menerobos pengepungan yang diberlakukan Israel terhadap Gaza.
Dilansir dari Tasnim, kapal tersebut berangkat dari Italia dengan membawa 21 orang tak bersenjata, termasuk anggota parlemen, pekerja medis, dan relawan bantuan.
Menurut awak kapal, sebuah pesawat tak berawak Israel mulai melayang di atas kapal sesaat sebelum kapal angkatan laut Israel mendekat.
Awak kapal mengeluarkan sinyal bahaya setelah tidak mendapat respons dari pasukan Israel.
“Kami mencoba menghubungi angkatan laut Israel tetapi tidak ada tanggapan,” kata Huwaida Araf, salah satu penumpang.
Anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Emma Fourreau, yang juga berada di dalam pesawat, mengonfirmasi penyitaan tersebut: “Militer Israel ada di sini.”
Rekaman yang dibagikan daring menunjukkan para kru mengenakan jaket pelampung dan mengangkat tangan untuk mencegah eskalasi.
“Akhiri genosida,” tambah Fourreau, merujuk pada serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza yang dimulai pada Oktober 2023.
Sejak saat itu, rezim Israel telah memperketat pengepungannya, yang secara efektif menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan penting.
Perang dan blokade yang menyertainya, yang dikutuk oleh kelompok hak asasi manusia sebagai penggunaan kelaparan sebagai senjata, telah menewaskan lebih dari 59.700 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Handala mengangkut bantuan termasuk makanan, obat-obatan, dan susu formula bayi.
Bulan lalu, pasukan Israel menyita kapal bantuan lain yang membawa 12 aktivis internasional.
Pada bulan Mei, pesawat tak berawak Israel menargetkan misi serupa menuju Gaza yang melibatkan aktivis Swedia Greta Thunberg.
Para pengamat mengatakan, tindakan tersebut mencerminkan kesediaan Israel untuk menggunakan kekuatan militer guna memblokir bantuan kemanusiaan, menyerupai serangan mematikan tahun 2010 terhadap armada bantuan Turki yang menuju Gaza.
Menteri Israel Dukung
Menteri keamanan sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir mengabaikan peringatan global mengenai kelaparan di Gaza, dan secara terbuka mendukung kelaparan warga Palestina yang terkepung.
Ben Gvir pada hari Jumat mengklaim “tidak ada kelaparan nyata di Gaza,” dan secara langsung menolak laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi kemanusiaan internasional tentang kelaparan yang semakin parah di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Dalam sebuah postingan di X, Ben Gvir berkata: “Tidak ada kelaparan yang nyata di Gaza. Jika mereka lapar, mereka pasti sudah memulangkan para sandera.”
Ia menambahkan: “Saya mendukung Hamas yang kelaparan di Gaza.”
Ben Gvir, yang memimpin partai ekstremis Jewish Power, telah berulang kali menyerukan pemotongan semua bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Ia juga menganjurkan pendudukan kembali wilayah tersebut, pengusiran penduduk Palestina, dan pembangunan pemukiman ilegal Israel.
Komentarnya muncul saat Israel terus memblokir bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.
Kebijakan ini, yang didukung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, telah dikutuk secara luas sebagai hukuman kolektif dan kejahatan perang.
PBB dan sejumlah kelompok hak asasi manusia menuduh Israel menggunakan makanan sebagai senjata terhadap warga sipil dalam kampanye genosidanya.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan perang habis-habisan di Gaza, menewaskan lebih dari 59.500 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan menteri perang Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel juga diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida di Gaza.