MEDAN (HARIANSTAR.COM) – Setelah kenaikan harga sejumlah kebutuhan pangan masyarakat, seperti beras, rokok, dan kebutuhan rumah tangga lain selama tahun 2023.
Penjualan rokok baik di level pedagang pengecer maupun grosiran, terjadi penurunan penjualan minimal 20% dalam satu tahun terakhir. Selain dikarenakan kenaikan harga rokok itu sendiri, penurunan penjualan rokok juga dipicu oleh meningkatnya kebutuhan hidup lainnya.
Hal itu dikatakan Gunawan Benjamin,Pengamat Ekonomi Sumatera Utara,Minggu (21/1/2024)pagi.
Ditambahkan Gunawan, salah satu merek rokok yang umumnya dikonsumsi masyarakat dalam setahun terakhir mengalami kenaikan dari sebelumnya sekitar 18 hingga 19 ribu per bungkus, menjadi 23 ribu per bungkus saat ini.
“Disisi lain, kenaikan harga beras berkisar 2.000 hingga 2.500 per Kg, ditambah sejumlah kebutuhan rumah tangga lainnya juga turut memicu penurunan konsumsi rokok,” ujarnya.
Ada konsumsi yang teralihkan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting seperti kebutuhan pangan. Sementara itu, dari hasil observasi secara langsung ke pasar. Penjualan untuk kebutuhan mendasar rumah tangga seperti pangan dan perawatan pribadi sejauh ini mampu bertahan stabil.
“Meskipun ada sejumlah kebutuhan pangan lainnya seperti mie instan yang juga mengalami penurunan,” jelas Gunawan.
Akan tetapi,lanjut Gunawan setelah dilakukan penelusuran yang lebih mendalam, penurunan penjualan mie instan lebih dikarenakan oleh disrupsi pasar. Dimana belakangan ini banyak muncul pedagang pengecer baru yang menjajakan barang yang sama. Dan produk tersebut juga banyak dijajakan dengan cara dijual melalui market place.
Selain itu, ditemukan konsumen yang mulai lebih memilih susu sachet ketimbang membeli susu kaleng. Pedagang dan konsumen yang disurvei menyatakan bahwa hal ini dilakukan untuk mensiasati pengeluaran yang lebih besar. Sehingga pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan susu menjadi lebih ringan jika membeli secara sachetan.
Temuan tersebut menjadi gambaran bagaimana kondisi belanja masyarakat belakangan ini.
“Daya beli tengah mengalami tekanan. Dan observasi yang diperluas ke sejumlah kebutuhan hidup lainnya juga terus dilakukan. Sejauh ini daya beli masyarakat memang terus diupayakan untuk dipertahankan dengan intervensi pemerintah, sayangnya bukan karena fundamental ekonomi yang menjaganya,”pungkas Gunawan.(jae)